Malam
Tik...Tik...Tik, jam dinding kecil bermotifkan Doraemon itu selalu memutarkan jarum, menunjuk angka - angka yang terukir di dalamnya. Waktu menunjukan pukul 12.00 WIB, dua menit lagi pagi akan menjelang. Pergantian malam kali ini terasa sangat dingin, angin yang berhembus masuk melewati celah yang ada serasa menusuk tulang. Sepertinya aku harus merebahkan badan dan beristirahat di tempat ternyaman ku.
Aku segera mematikan lampu kamar dan beranjak ke kasur yang tidak terlalu empuk namun cukup nyaman untuk ditiduri. Jemari ku meraba kasur dalam kegelapan, mencari selimut tebal yang lembut dan hangat. Sebenarnya selimut itu berwarna pink dengan motif bunga sakura, namun semua itu tak terlihat dalam kegelapan. Aku hanya bisa meraba selimut itu dengan merasakan tekstur kain yang lembut, tebal dan terletak di ujung kasur. Setelah aku menemukannya, Aku segera menutupi sekujur tubuh ku dengan selimut, mengharapkan kehangatan dari selimut tebal nan lembut itu.
Mataku tak pernah terpejam, ditengah malam yang dingin itu, hayalan demi hayalan terus melintas difikiranku. Layaknya seorang putri yang hidup didunia hayal, seperti itulah Aku yang terus menghayal saat sendiri. Aku sering menghayal, apalagi ketika hendak tidur, seperti dongeng sebelum tidur Aku menyukai hal itu.
Aku menyadari suatu hal malam itu, tiap hari yang kujalani, Aku tak pernah lupa tersenyum dan tertawa dengan orang - orang terdekatku. Berbagi kisah dan bercerita tentang apa itu kebohongan, memang lucu dan menggelitik, tapi sayang itu hanya sebuah lelucon.
Terkadang Aku sangat setuju dengan beberapa pendapat yang mengatakan bahwa orang yang terlihat bahagia itu memiliki kesedihan dibalik tawanya.
Entah kenapa Aku sangat suka tertawa, bahkan Aku sering merasa aneh sendiri ketika Aku bisa tertawa dengan hal - hal yang terkadang garing menurut orang lain. Aku bahagia ketika Aku tertawa dan Aku nyaman dengan itu.
Setiap hari Aku merindukan perjumpaan, karena ketika Aku berjumpa dengan seseorang Aku merasa memiliki tempat berbagi. Aku juga sangat menyukai perkumpulan, karena ketika Aku berkumpul Aku tidak pernah merasa sendiri. Aku sudah dewasa, namun Aku masih butuh mereka untuk menemani ku di tiap kehidupanku.
Tiba - tiba faktualitas diri itu terllintas dibenakku, aku sering mengalaminya ketika malam. ketika aku menghayalkan sebuah kebahagiaan, ada hal - hal yang memang fakta terjadi dalam hidupku yang terkadang aku sesali, melintas difikiranku. Hadir dalam bentuk penyesalan berupa kekurangan diri, namun aku terus beropini bahwa itu merupakan kelebihanku.
Mungkin Aku sangat menyukai malam, karna ketika malam tiba dunia ini terasa nyaman. Udara panas yang mencekik perlahan pergi, kebisingan demi kebisingan mulai lenyap berganti menjadi kedamaian. Aku menikmati tiap malamku, merindukannya ditiap sedihku.
Aku mencintai malam, karna malam bisa membuatku meluapkan semua kesedihanku, dikala siang, Aku menutupi kesedihan dengan tertawa bersama orang - orang terdekatku, dan ketika malam tiba Aku mencoba mengeluarkan semua hal yang membuatku sedih dan membiarkannya lenyap bersama malam.
Aku merindukan malam yang penuh dengan bintang. Seperti kebahagian yang berlipat ganda, malam yang indah penuh dengan kerlap - kerlip bintang yang mengagumkan. Seperti hati yang tentram bersama orang - orang yang benar - benar menyenangkan.
Malam itu, saat Aku menyadari hal - hal tentang diriku aku sampai pada titik dimana aku mulai hanyut terbawa malam. Aku sampai di tempat yang indah dan penuh kedamaian. Berada disana membuatku merasa nyaman, mataku seperti dimanjakan dengan indahnya pemandangan, meski tempat itu kecil namun bisa membuatku hanyut dalam keindahannya. Aku menyusuri lorong kecil yang sangat indah itu. Lampu - lampu yang menerangi lorong terlihat cantik. Dinding - dinding batu yang berhiaskan bunga yang tengah mekar menambah indah susana itu. Aku terus melangkah perlahan sembari menikmati keindahan yang disuguhkan. Setiap lima menit, lampu - lampu itu berubah warna, sangat cantik Aku begitu mengagumi keindahannya.
Ketika mata ku terus dimanjakan dengan keindahan perjalanan menyusuri lorong kecil itu, di depan sana Aku melihat warna lampu yang redup. Remang - remang dan perlahan mulai gelap. Rasa penasaran yang menyelimutiku, membuatku melangkah menuju tempat itu. Sesampainya Aku di tempat yang hampir gelap itu, Aku terkejut dan cemas. “Ini tempat apa? Kenapa Aku bisa berjalan kesini?” sangat sunyi, tanpa ada apa - apa. Aku berfikir untuk kembali ke lorong kecil yang indah tadi. Tapi Aku tidak bisa, karena Aku telah masuk ke lorong kegelapan itu.
Beberapa menit setelah Aku berselimut dalam kecemasan, Aku mendengar langkah kaki seseorang, tapi Aku tidak bisa melihat apa - apa karena tempat itu semakin gelap. Perlahan, langkah kaki itu semakin dekat, dan tiba - tiba tempat itu perlahan mulai menerang. Dalam cahaya yang masih remang Aku melihat sosok pria berbadan tegap berjalan menghampiriku. Ia terlihat gagah dengan pakaian yang rapi dan bersih. Ia mulai mendekat dan tempat itu semakin terang. Aku cemas dan bingung. Mulutku tak bisa berkata apa-apa, serasa terkunci erat.
“Apakah kamu gadis yang mencintai malam itu?” Pria itu melontarkan pertanyaan itu untuk ku. Dengan perasaan gugup dan cemas Aku mencoba mengatakan sesuatu. Mengeluarkan suara pelan dan terbata - bata “Iiii...yyyaa” jawabku singkat.
“Aku Pangeran Malam, Aku mencintai orang - orang yang mencintai malam. Tapi Aku tidak suka orang - orang yang menjadikan malam hanya sebagai tempat Ia berbagi kesedihan, memang malam sangat nyaman untuk kamu meluapkan kesedihan mu, tapi jangan jadikan malam hanya sebagai pelampiasan. Kamu tau? Malam juga menyenangkan, ketika kamu hidup dengan penuh rasa keadilan harusnya kamu bisa menempatkan sesuatu dengan adil, dan kamu juga harus menjadikan malam sebagai tempat berbagi kebahagiaanmu”. Pria itu berkata lantang kepadaku.
Aku sangat bingung. Apakah benar ada Pangeran Malam? Apakah benar ia orang nya? Kenapa Aku bisa sampai di sini? Siapa yang membawaku? Banyak pertanyaan yang muncul di kepalaku. Tapi satu pun pertanyaan itu tak berani ku lontarkan. Tiba - tiba Ia yang mengaku sebagai Pangeran Malam menjawab semua kebingungan ku, seolah - olah Ia dapat membaca fikiranku.
“Aku berada disini karna kamu, dan kamu berada disini karna kebiasaan mu, kebiasaan mu yang menjadikan malam sebagai pelampiasan kesedihanmu. Kamu bertindak seolah tidak adil, kenapa malam hanya kamu berikan kesedihan? Sedangkan malam memberimu kenyamanan. Manusia terkadang besikap seolah dia lah yang paling benar, tetapi pada kenyataan nya dia tidak pernah menyadari kesalahannya. Manusia juga hanya ingin berada di tempat - tempat terindah yang membuatnya bahagia, dan mempertanyakan kenapa dia bisa sampai ke tempat yang menyedihkan. Ingat! Tak selama nya kebahagiaan bersamamu, semua hal yang membuat mu bahagia juga akan pergi, jangan pernah menyeseli saat - saat dimana kamu merasa bersedih, karna di dunia ini tak ada yang abadi. Kamu hanya perlu bersyukur dan menikmati semua hal yang terjadi dalam hidupmu!”
Pria itu terus bergumam, akupun mulai mengerti dengan hal ini, keberadaanya membuatku menyadari suatu hal yang salah pada diriku. Selama ini aku memang menempatkan malam sebagai tempat pelampiasan kesedihanku. Aku menyesal, karna bersikap tidak adil pada malam yang memberikan kenyamanan untukku.
Saat aku menyadari kesalahanku, pria itu berbalik dan berjalan ke arah yang sama saat Ia datang tadi, perlah Ia menghilang dan Aku pun tak melihat apa - apa lagi. Semua nya kembali hitam dan gelap. Aku pun tersentak dan terbangun dari tidurku, dan menyadari semua itu hanya mimpi. Namun aku benar - benar merasakan kehadiran sosok pria itu dan berharap bisa berjumpa lagi di mimpi - mimpi ku selanjutnya.
Aku kembali menatapi jam dinding yang bermotifkan doraemon itu, tiba - tiba lampu LED yang di sematkan dan diatur sedemikian rupa oleh produsen, otomatis menyala ketika jam berada di waktu yang tepat. Aku yang sedang menatap jam dalam kegelapan pun langsung melihat jam telah menunjukan pukul 00.00 WIB.